Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Buku bagus : Ekonomi Politik Kolonialisme

Kali ini, saya tidak lagi membuat puisi-puisi kegundahan hati atau puisi tentang bejatnya negeri ini. Namun, saya akan mengulas buku dari mbak Hesti Hasanah tentang ekonomi politik kolonialisme.             Industri gula menjadi salah satu industri yang paling menguntungkan dan penting ketika zaman kolonial Belanda. Banyak sekali pabrik-pabrik gula yang berdiri ketika itu khususnya di pulau Jawa, salah satu pabrik gula yang bisa dikatakan besar dan menjadi sumber keuntungan melimpah oleh Belanda yakni Pabrik Gula milik Mangkunegaran.             Mangkunegaraan adalah wilayah kekuasaan yang berbentuk praja/kerajaan kecil dan kadipaten besar. Sebelumnya, Mangkunegaran merupakan bagian dari kasunanan Surakarta kemudian menjadi kerajaan mandiri yang patut disegani karena memiliki Legiun/tentara. Dampak politik kemandirian Mangkunegaran menjadi keuntungan bagi pemerintah Belanda untuk mengimbangi kekuatan Susuhunan (Kasunan Surakarta) . Pembangunan Industri gula mangkunegaran dimulai

Takut

Aku takut. Malam berubah siang dengan ratap tangis kepapaan. Aku takut. Dewi padi tidak akan tersenyum gemilang untuk negeri tercinta. Aku takut. Gunung-gunung tidak akan menjulang kokoh. Teraniaya oleh modernitas. Aku takut. Semangat ibu-ibu  menentang kelaliman itu patah dengan perlahan. Akibat jerat rakus kapitalisme. Todongan senjata dalam tenda-tenda Aku takut. Kemanusian dipandang sebelah mata. Bela kemanusian bagai lipstik saja.  Menutup hati. Menutup belas kasih.  Aku takut. Orang-orang menjadi barbar oleh hoax yg bertebaran.  Makin bodoh, meludahi tumpukan buku, percaya pada dogma-dogma. Menghamba yang dipertuan agung. Sumbu pendek menjadi khasnya. Aku takut. Dewan terhormat makin memperkaya diri. Mengerat kesejahteraan.  Menghisap kemakmuran.  Aku takut. Air tidak mengalir di pegunungan. Mengeringkan pematang. Membasahi kantong para tuan. Aku takut. Pendidikan hanya ladang uang, sarjana hanya hiasan, lantas ilmu menjadi mainan.