Terima Kasih


Aku  lega tahun 2019 sudah usai. Tahun yang bagiku adalah tahun penghabisan, duka, tangis dan kehilangan arah. Pada saat itu, kira-kira dari bulan januari hingga agustus aku memenuhi hari dengan menangis di manapun tempatnya; di jalan ketika menyetir motor, kamar mandi dan tentu saja di kamar dengan lampu yang padam. Bahkan di keramaian aku bisa menangis tanpa bersuara dan tak banyak mengeluarkan air mata. Sungguh amat dramatis sekali hidupku pada waktu itu. Aku menangis karena sejak aku lulus dari kuliah belum menemukan apa yang aku cari, pekerjaan apa yang hendak aku lakukan dan apa hal yang aku senangi. Tiap detik aku rasakan diriku menguap begitu saja.
Aku merasa sudah bergelantungan sangat lama di atas tebing yang curam lalu ada angin besar datang dan menghempaskanku begitu saja ke jurang yang gelap dan dalam. Tidak ada jalan keluar dan tak kan ada pertolongan. Selama delapan bulan aku bahkan tidak menyentuh buku-bukuku sama sekali, tidak ada niatpun juga untuk memperbaharui koleksi. Bahkan membaca komik yang sudah menjadi hobiku sejak kecil lupa aku lakukan. Kala aku sedang asyik menaik-turunkan laman video YouTube yang hendak aku tonton. Muncul rekemondasi video berupa Vlog keseharian dari Channel Youtube on_do. Tanpa ragu aku mengklik video tersebut karena tampilan estetik pada sampul video. Dan memang aku tipe orang yang suka melihat vlog aktivitas di luar negeri macam Jepang dan Jerman. Beberapa videonya tuntas aku tonton dan menyimpulkan sungguh berfaedah sekali hidup seorang Ondo.
Ia membunuh waktu dengan mengikuti les menggambar, membuat kue, menganyam hingga merajut. Setelah beraktivitas ia melanjutkan malam dengan men-desaign dan membaca buku. Melihat Ondo membaca buku aku jadi kepikiran dengan buku-bukuku di rak yang tak lagi kesentuh. Juga bagaimana otakku rasanya kopong, tak bisa berpikir dengan baik karena tidak membaca. Bosan dengan kehidupan yang hanya diisi dengan rapalan doa kematian dan caci maki pada Tuhan. Aku mulai membukai lembar demi lembar buku yang belum terbaca.
Waktu SMA aku hanya membaca komik dan buku pelajaran, yang kedua bahkan aku membacanya waktu ulangan saja. Tapi saat kuliah aku berada di lingkungan yang mengharuskan aku melek literasi. Jadi awal mula aku membaca bisa dibilang karna “paksaan”, pun lambat laun aku menikmatinya. Membaca buku sebenarnya tidak susah yang penting punya niat seperti yang dikatakan Naom Chaomsky, bahwa tiap membacai lembar demi lembar kita sebisa mungkin harus skeptis, berfikiran tidak tahu dan jadi orang bodoh yang haus ilmu.
Pepatah bilang “buku adalah jendela dunia” dan “buku adalah sumber ilmu pengetahun”. Ya, memang betul meski aku bukan orang yang benar-benar gemar membaca serta memiliki ratusan koleksi buku Bagiku membaca buku menjadi penyembuhan dan pelarian kala dunia terasa tidak adil. Kala menit membunuh kita secara perlahan. Kala impian membutuhkan ratusan tangga agar tergapai. Ia seperti mengatakan, tetaplah hidup aku menemanimu.

-skwngur

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Emak: Catatan Rindu

Takut

Sekat